SINTANG, KALBAR- Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat masih terus bertambah. Pada minggu ketiga bulan September ini ada 60 kasus DBD yang tercatat pihak RSUD Ade M Djoen Sintang, satu diantaranya meninggal dunia.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang secara keseluruhan selama tahun 2023, kasus DBD mencapai 311 kasus dengan korban meninggal dunia berjumlah 5 orang.
Menyikapi hal tersebut, Direktur RSUD Ade M Djoen Sintang, drg. Ridwan Tonny Hasiholan Pane mengimbau masyarakat menjaga Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) untuk mencegah penularan penyakit, salah satunya penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).
“Kita mengimbau masyarakat untuk mencegah penyebaran penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan menerapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) seperti menjaga kebersihan lingkungan serta melakukan gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara menguras, menutup, mengubur (3M plus) barang-barang bekas,” ujar drg. Pane kepada www.ujungjemari.id, Kamis 21 September 2023 kemarin.
Menurut Pane keluarga memiliki peran kunci dalam mengurangi risiko penularan DBD, oleh karenanya mencegah DBD paling efektif dimulai dari lingkungan keluarga. Seperti diketahui, DBD disebabkan oleh virus Dengue, ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes.
“Pencegahan DBD yang paling efektif memang dimulai dari tingkat individu dan keluarga, dan upaya bersama dalam menjaga lingkungan yang bersih dan bebas dari nyamuk DBD. Ini sangat penting untuk mengurangi risiko penyakit ini,” ungkap Pane.
Dikatakannya berdasarkan persentase, penderita DBD didominasi anak-anak. Pihaknya telah menambah tempat tidur di ruang anak (ruang damar) untuk mengantisipasi lonjakan kasus DBD tersebut.
“Jadi yang kami (RSUD) lakukan pertama mengoptimalkan pelayanan di IGD khusus penderita DBD agar dapat cepat ditangani. Kemudian kita menambah jumlah bed atau tempat tidur di ruang damar (ruang anak) dari yang biasanya 12 bed kita optimalkan menjadi 20 bed. Dengan kebijakan ini pasien masih bisa kita layani dengan baik,” ungkap drg. Pane.
Mengenali gejala awal DBD memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan individu dan mencegah penyebaran penyakit ini. Hal ini dapat mendorong upaya pencegahan, seperti pengendalian populasi nyamuk dan pencegahannya. Selain itu dapat dilakukan pengobatan dini untuk meningkatkan peluang pemulihan dan mengurangi risiko komplikasi serius. Pasalnya jika DBD tidak diobati secara tepat waktu, bisa menjadi penyakit yang mengancam jiwa.
“Masyarakat penting mengenali gejala awal penyakit DBD agar dapat segera ditangani tepat waktu. Tingkat kesembuhan penyakit DBD ini sangat tinggi kalau dari awal kita ketahui gejalanya,” ungkap drg. Pane
Gejala DBD dilansir dari situs http://www.siloamhospitals.com
Gejala DBD memang dapat terlihat sebagai suatu hal yang “menipu”, sebab gejala awalnya sangat mirip dengan gejala akibat virus lainnya.
Pada umumnya, seseorang akan mengalami tanda-tanda demam berdarah dalam kurun waktu 4 – 6 hari setelah terinfeksi oleh virus dengue.
Seseorang yang terkena DBD akan mengalami demam tinggi secara mendadak hingga mencapai suhu di atas 38 derajat celsius.
Selain demam, penderita DBD bisa mengalami sakit kepala berat, nyeri otot, mual dan nyeri ulu hati, tanda-tanda perdarahan seperti mimisan, gusi berdarah, serta timbul bintik-bintik merah pada kulit.
Demam terutama berlangsung pada 1 – 2 hari pertama, dan akan turun pada hari ke 3. Namun, antara hari ke-3 hingga hari ke-5 saat demam sedang turun inilah yang justru merupakan masa kritis DBD, di mana terjadi kebocoran cairan dari pembuluh darah yang disertai penurunan nilai trombosit sehingga memerlukan terapi cairan dan observasi ketat.