SINTANG, KALBAR- Kabupaten Sintang masuk daftar 10 kabupaten kota di Indonesia yang mengantongi angka inflasi tertinggi di atas 7%. Berdasarkan data yang dirilis BPS beberapa waktu lalu salah satu penyebab inflasi tersebut yakni lonjakan harga komoditi cabe.
Sekretaris Daerah Kabupaten Sintang Yosepha Hasnah, mengajak warga Kabupaten Sintang untuk menanam komoditas yang bernilai ekonomi dan penyebab inflasi di Kabupaten Sintang.
Hal tersebut disampaikannya saat memberikan sambutan pada saat menghadiri kegiatan Temu lapangan Kelompok Tani Kecamatan Dedai dan Tebelian, di Kebun Kelompok Tani Subur Makmur, Jl. Lintas Dedai, Dusun Gurung Kempadik, RT 01 RW 04, Desa Gurung Kempadik, Kec. Sungai Tebelian, Senin, 3 Oktober 2022.
Ia mengaku sangat bangga dengan para petani di Desa Gurung Kempadik karena mampu menanam sayur-sayuran.
“Di saat harga bahan bakar minyak naik dan terjadi inflasi di Kabupaten Sintang, maka jika sayur-sayuran ini kita beli dari hasil pertanian Kabupaten Sintang, maka harapan saya adalah sumbangan akan inflasi akan berkurang,” ungkapnya.
Dikatakannya bahwa komoditi cabe merupakan penyumbang angka inflasi di Kabupaten Sintang. Warga Kabupaten Sintang harus mau menanam cabe sendiri sehingga bisa memenuhi kebutuhan keluarga akan cabe dan bisa menurunkan harga cabe dan secara tidak langsung akan mengurangi angka inflasi.
“Sawi juga penyumbang inflasi, karena dibutuhkan banyak orang di Kabupaten Sintang. Dan di Desa Merarai Satu Kecamatan Sungai Tebelian sudah ada sentral penghasil sawi yang cukup besar. Kacang panjang juga perlu ditanam secara massal karena banyak dibeli masyarakat,” terangnya.
Ia juga mengaku senang karena madu kelulut produksi masyarakat Desa Gurung Kempadik sudah bisa dipasarkan secara online.
“Kegiatan temu lapang ini sudah kita rindukan karena pandemic covid-19 yang berlangsung selama 2 tahun ini. Tahun 2022 ini kita sudah bisa melakukan tatap muka karena kasus covid-19 sudah melandai dan sudah tidak menggunakan masker. Dan kita bersahabat saja dengan covid-19,” ungkapnya.
Petani setempat juga mengeluhkan kesulitan dalam mendapatkan pupuk subsidi. Yosepha mengatakan bahwa, keluhan para petani soal pupuk subsidi memang langka di semua kecamatan.
“Saya sudah mendengarkan keluhan ini dari para petani yang ada di semua kecamatan soal langkanya pupuk subsidi. Maka kami mengapresiasi atas keinginan para petani di Desa Gurung Kempadik yang tidak hanya mau menanam sayur-sayuran, tetapi juga berternak sapi dan kambing. Sehingga ke depan, kalau kita terjadi kelangkaan pupuk bersubsidi seperti saat ini, maka kita bisa memanfaatkan kotoran sapi dan kambing untuk pupuk meskipun harus melalui pengolahan khusus,” ujarnya.
Ia juga berharap para petani ke depan bisa memproduksi pupuk sendiri dan tidak tergantung pada pupuk bersubsidi.