Pemerintah Diminta Cari Solusi Untuk Obati Keluhaan Petani Sawit

oleh
Anggota DPRD Kabupaten Sintang Anton Isdianto

SINTANG, SINTANG – Harga sawit hingga kini belum stabil malah cenderung turun pasca pelarangan hingga dibukanya ekspor CPO kembali beberapa waktu yang lalu. Harga sawit yang tak kunjung naik, dikeluhkan para petani termasuk di Kabupaten Sintang.

Hal tersebut disampaikan Anggota DPRD Kabupaten Sintang, Anton Isdianto saat dijumpai awak media di DPRD Sintang, Rabu 20 juli 2022.

Ia mengatakan bahwa petani kelapa sawit meresahkan harga yang pelan-pelan turun semakin murah sementara harga pupuk subsidi masih tinggi dan sulit didapat.

“Saya sebagai wakil rakyat, berharap kepada pemerintah provinsi  dan Pemkab Sintang maupun pemerintah pusat untuk mengambil langkah-langkah kebijakan terhadap anjloknya harga sawit di tingkat petani serta harga pupuk yang sangat mahal,” kata Anton.

Informasi awal anjloknya harga TBS dipicu dari kebijakan pemerintah pusat dengan penyetopan ekspor CPO sehingga tanki penampung CPO menjadi menumpuk. Kemudian meski ekspor CPO dibuka kembali namun belum bisa membuat harga TBS  menjadi normal.

Dia mengakui, dalam kegiatan reses di daerah pemilihan dapil tiga kebanyakan masyarakat mengeluhkan soal rendahnya harga beli TBS di tingkat petani.

“Saya berharap persoalan harga TBS yang masih anjlok bisa dicarikan solusi secepatnya oleh pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten. Kasian masyarakat semakin sengsara dengan kondisi seperti ini,” katanya.

Menurutnya dengan harga jual buah sawit murah, seharusnya pemerintah juga menurunkan dan mengontrol harga pupuk di pasaran. “sawit murah, pupuk mahal dan susah didapat. Petani semakin menderita,”kata Anton.

Salah satu petani sawit  Desa Tempunak Kabupaten sintang , Erikson, mengatakan, pemerintah harus mengambil langkah agar harga TBS kelapa sawit kembali normal. “Jangan sampai pemerintah biarkan petani sawit menderita dan menanggung kerugian akibat harga TBS kelapa sawit sangat murah dan harga pupuk yang mahal,” ujarnya.

Dikatakan dia, harga TBS yang sangat murah  perkilogramnya membuat rugi petani. Sementara pupuk dan racun rumput harganya mahal. Anjloknya aharga TBS kelapa sawit terjadi setelah Presiden Joko Widodo mencabut larangan ekspor minyak goreng dan minyak kepala sawit mentah (crude palm oil/CPO).

Seharusnya setelah larangan ekspor tersebut dicabut menurut dia, harga TBS kelapa sawit bisa kembali normal dikisaran Rp3.000. “Kalau harga TBS kelapa sawit tidak segera naik akan mempengaruhi perekonomian masyarakat petani sawit. Karena beberapa bulan ke depan tidak bisa membeli pupuk,” pungkasnya. (Tim-Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *