SINTANG, KALBAR– Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Kabupaten Sintang semakin fokus dalam mendorong sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) bagi petani mandiri. Menurut Arif Setya Budi, Kabid Pengembangan Perkebunan Distanbun, sertifikasi ISPO menjadi salah satu prioritas dalam memberikan pendampingan yang bertujuan untuk mendukung pengembangan kelapa sawit yang berkelanjutan.
Hingga saat ini, tercatat ada 19 perusahaan di Sintang yang telah berhasil meraih sertifikasi ISPO. Namun, pihaknya lebih banyak memberikan perhatian kepada petani mandiri dalam proses sertifikasi ini.
“Kami bekerja sama dengan NGO untuk mendampingi dua koperasi. Satu koperasi fokus pada sertifikasi ISPO dan satu lagi pada RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil),” jelas Arif.
Meskipun beberapa koperasi telah memperoleh sertifikasi RSPO, fokus utama saat ini adalah pada kerangka ISPO, yang merupakan sertifikasi lokal Indonesia.
Namun, proses sertifikasi ini tidaklah tanpa tantangan. Arif menegaskan bahwa sertifikasi ISPO membutuhkan perhatian dan pendampingan yang serius bagi petani.
“Sertifikasi bukan hanya masalah lembaga, tetapi juga melibatkan individu-individu yang tergabung dalam koperasi. Jika satu anggota melakukan praktik buruk, dampaknya bisa merugikan lembaga secara keseluruhan,” ungkapnya.
Oleh karena itu, Distanbun berkomitmen untuk mendampingi petani secara intensif agar mereka memahami dan menerapkan praktik pengelolaan kelapa sawit yang baik.
Sebagai bagian dari upaya tersebut, pihaknya telah melakukan sosialisasi tentang ISPO berkali-kali. Dalam setiap kesempatan, baik di desa maupun di koperasi, mereka juga menyampaikan informasi mengenai pentingnya sertifikasi ISPO.
“Sosialisasi ini sering kami lakukan marena sangat penting untuk meningkatkan kesadaran petani tentang praktik kelapa sawit yang berkelanjutan,” ujarnya.
Arif menjelaskan bahwa para petani biasanya bermitra dengan perusahaan melalui koperasi, bukan sebagai individu. Kerangka kerja sama ini bertujuan untuk menciptakan wadah yang solid, sehingga petani dapat bekerja sama dengan pabrik kelapa sawit dengan lebih efektif.
Meski kesadaran petani tentang sertifikasi ISPO sudah mulai tumbuh, masih banyak yang belum memahami sepenuhnya.
“Misalnya banyak petani yang tidak tahu tentang penggunaan insektisida yang benar atau area yang diperbolehkan untuk penanaman. Dengan sosialisasi yang kami lakukan, mereka mulai menyadari bahwa praktik kelapa sawit yang tidak baik dapat menurunkan produksi dan merusak lingkungan,” jelasnya.