SINTANG, KALBAR- Kasus corona di Kabupaten Sintang mengalami peningkatan. Direktur RSUD Ade M Djoen Sintang, dr. Rosa Trifina mengatakan, orang yang terkonfirmasi Covid-19 ini rata-rata kasus berat dan kritis. Tenaga kesehatan yang terkonfirmasi juga meningkat.
“Kami baru saja merekrut 30 orang petugas kesehatan dan langsung bekerja. Solusinya menurut kami adalah kita sebaiknya membuka kembali rumah sakit lama untuk merawat pasien Covid-19 meskipun ada kendala juga seperti sumber daya manusia, lokasi rumah sakit yang ada ditengah pemukiman,” katanya.
Solusi lainnya, RSUD AM Djoen Sintang dikhususkan untuk pasien covid-19 sampai situasi normal, sedangkan pasien non Ccovid-19 dialihkan ke rumah sakit lainnya atau puskesmas. “Hanya saja akan bermasalah dalam pasien yang ditanggung BPJS,” tambah Rosa Trifina.
Dokter Spesialis Paru RSUD AM Djoen Sintang dr. Handriyani menyampaikan beberapa saran pada Satgas COVID-19 Kabupaten Sintang. “COVID-19 ini tidak akan mudah menular kalau kita menggunakan masker. Kami mendorong dilakukan lagi razia masker lebih massif. Di pasar banyak penjual yang tidak menggunakan masker,” katanya saat rapat Satgas COVID-19 Kabupaten Sintang.
Ia juga meminta perketat prokes di rumah ibadah. Belajar masih harus tetap online. Selain itu, tokoh masyarakat dan pejabat publik harus memberikan contoh dalam penerapan prokes. dr. Handriyani menambahkan, pihaknya menyampaikan rekomendasi seperti ini karena mau sebanyak apapun kapasitas rumah sakit, tetap akan bertambah pasien Covid-19 kalau prilaku masyarakat tidak berubah.
“Kami juga mengharapkan perketat orang masuk ke Sintang. Kalau perlu yang akan ke Sintang wajib menunjukan surat bebas Covid-19. Bubarkan kegiatan yang mengumpulkan massa. Nakes kami pun terkonfirmasi karena biasa makan bersama saat jam istirahat,” sarannya lagi.
Ia menyampauikan, saat ini kasus corona yang berat dan kritis semakin meningkat. “Ada yang kami periksa 6 orang, 5 orang diantaranya positif,” ucapnya.
Mengenai kapasitas ruang perawatan, kata dia, ruang Tembesuk sudah penuh yang memang merawat khusus yang agak parah. “Energi tenaga kesehatan lebih terkuras karena memakai hazmat. Tenaga kesehatan di RITN sudah ada yang kami istirahatkan,” terang dr. Handriyani. (*)