www.ujungjemari.com [SINTANG]-Wakil Bupati Sintang Drs. Askiman, MM menyampaikan bahwa kotbah yang disampaikan oleh Uskup Sintang dalam perayaan natal Oikumene di Gedung Pancasila pada Jumat (11/01/2019) malam tadi hendaknya kita renungkan dan laksanakan dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Askiman, sesuai dengan tema yang ada “ Yesus Kristus Hikmat Bagi Kita”. Maka kita harus mempertanggungjawabkan tindakan kita dalam kehidupan ini.
“Kita harus mampu menjadi contoh dan teladan dalam keluarga dan masyarakat,” tegas Askiman.
Dia mengatakan bahwa, hikmat itu rendah hati dan tulus. Kita harus menjauhi alam kegelapan dan pemujaan berhala. Kita harus masuk kedalam terang kasih Tuhan.
“Kita sudah percaya Tuhan maka kita harus menjauhi tindakan yang dilarang oleh Tuhan. Jadilah anak-anak terang dan menyinari sekeliling kita. Mari berikan pelayanan kepada masyarakat dengan baik sesuai ajaran Kristiani,” ajak Wakil Bupati Sintang.
Baca Juga : [related_posts] |
Pemerintah kata dia sangat mendukung pengembangan iman rohani di Kabupaten Sintang. mewujudkan masyarakat Sintang yang religius tertuang dalam visi dan misi kepemimpinannya. Untuk itu pihaknya sangat menyambut baik dilaksanakannya natal Oikumene ini dan kegiatan keagamaan lainnya.
“Tak hanya itu, Pemkab Sintang Tahun 2019 ini akan mempercepat pelaksanaan pembangunan baik fisik maupun nonfisik dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat” tambah Askiman.
Martin Nandung yang membacakan pesan Natal Tahun 2018 dari KWI-PGI menyampaikan sudah lebih dari 2000 tahun Yesus datang ke dunia, tetapi karya keselamatan yang Dia tawarkan kepada umat manusia masih harus terus diwujudkan. Banyak orang telah menanggapi undangan Allah ini dalam hidup sehari-hari, di antaranya, dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia (HAM).
“Akan tetapi, kita masih menjumpai orang yang tidak peduli pada suara hati dan tidak mengindahkan hati nurani serta tidak malu terhadap sesamanya dan tidak takut kepada Allah hingga berbuat sesuatu yang melanggar hak asasi manusia. Tiada lagi sukacita dan gembira ketika manusia diperlakukan tidak adil oleh sesama; saat HAM diinjak-injak,” ujar Martin Nandung.
Dia mengatakan kita patut bersyukur kepada Allah karena bangsa Indonesia menjunjung tinggi HAM. Kita pantas berterima kasih kepada pemerintah yang telah berusaha menangani masalah HAM secara serius. Sekalipun demikian, persoalan HAM masih terjadi di sejumlah tempat. Pelanggaran HAM berat di masa lalu belum selesai secara tuntas. Hak hidup layak di bidang ekonomi, sosial dan budaya yang berkaitan dengan keamanan dan kenyamanan hidup masih terganggu di beberapa daerah.
”Kebebasan berbicara dan berujar dikacaukan oleh maraknya ujar kebencian dan berita bohong yang kadang disertai kekerasan baik secara fisik maupun psikis. Ancaman, pengerusakan dan penutupan rumah ibadah masih terjadi. Izin mendirikan rumuh ibadah masih tersendat. Eksploitasi alam berlebihan dan transaksi penjualan tanah masih merugikan masyarakat tertentu. Hak ekologis untuk menikmati lingkungan yang sehat tidak sepenuhnya dirasakan, terutama oleh kalangan masyarakat sederhana, karena pencemaran air, tanah dan udara. Hal-hal sedemikian merupakan pelanggaran terhadap HAM dan itu adalah tindakan manusia yang hidup menurut hikmat dunia,” terang Martin Nandung. (Mot)